Liputan6.com, Jakarta - Kabar lockdown akibat Pandemi 2.0 yang diperkirakan terjadi pada 2023 membuat heboh masyarakat di jagad maya. Viralnya Pandemi 2.0 ini bermula dari cuitan Tifauzia Tyassuma atau yang dikenal dengan sapaan dokter Tifa melalui platform Twitter X pribadinya pada 6 September 2023.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu sampai terheran-heran mendengar kabar lockdown dan Pandemi 2.0.
Baca Juga
Bahkan Maxi pun mempertanyakan, siapa yang menyatakan demikian dan atas dasar apa pernyataan tersebut keluar.
Advertisement
"Kata siapa? Coba tanya sama dia, kenapa dasarnya (mengatakan demikian)?" ucap Maxi saat ditemui Health Liputan6.com usai menghadiri peluncuran Koalisi Bersama "KOBAR" Lawan Dengue di DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Jumat, 8 September 2023.
Surveilans Tetap Jalan
Kemenkes terus berupaya melakukan pemantauan dan surveilans berbagai penyakit, termasuk COVID-19 yang sekarang sudah menjadi endemi. Saat ini, kata Maxi, tidak ada temuan penyakit tertentu yang mengarah pada suatu kondisi pandemi.
"Kalau kita kan sampai saat ini ya tiap hari surveilans kita tetap jalan. Sampai saat ini enggak ada (suatu mengarah ke pandemi)," pungkas Maxi.
Kasus COVID-19 Indonesia di Level 1
Maxi Rein Rondonuwu menambahkan, sampai saat ini kasus COVID-19 di Indonesia sudah berada di titik paling bawah.
"Sudah di bawah sekali kita, di level 1," tambahnya.
Belum Ada Potensi Varian Pirola Merebak di Indonesia
Menanggapi varian COVID-19 Pirola yang saat ini membuat geger masyarakat dunia, Maxi mengatakan potensi varian tersebut sampai merebak di Indonesia dinilai belum ada.
"Belum, belum ada," tandasnya.
Seperti diketahui, muncul kabar gelombang baru COVID 2023 adalah subvarian BA.2.86 atau disebut Pirola.
Varian Pirola Meningkat di Sejumlah Negara
Gelombang baru COVID 2023 varian Pirola ini jadi sorotan karena membuat kasus COVID-19 meningkat di Amerika Serikat, Inggris, dan Tiongkok. Varian baru yang dijuluki Pirola ini pun membuat para ahli khawatir.
Melansir New York Times, BA.2.86 merupakan varian virus Corona jenis Omicron yang sangat bermutasi, muncul pada tahun 2021 dan menyebabkan lonjakan kasus dan kematian akibat COVID-19 yang mengkhawatirkan.
Varian ini kembali menyebabkan lonjakan infeksi di seluruh dunia dan meningkatkan kewaspadaan di kalangan otoritas kesehatan.
Advertisement
Kabar Hoaks
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono turut menanggapi adanya kabar viral Pandemi 2.0 yang dikatakan dapat memicu lockdown pada tahun 2023 di Indonesia.
Bahwa informasi yang beredar tersebut dipastikan tidak benar alias hoaks.
Ditegaskan Wamenkes Dante, tidak ada yang namanya Pandemi 2.0. Apalagi sampai diperkirakan akan terjadi lockdown di Indonesia.
"Enggak ada, enggak ada yang seperti itu. Hoaks itu," ucap Dante dengan santai.
Bermula dari Cuitan Dokter Tifa
Viralnya Pandemi 2.0 yang bermula dari cuitan Tifauzia Tyassuma atau yang dikenal dengan sapaan dokter Tifa melalui platform Twitter X pribadinya berbunyi:
Pandemi 2.0 yang dijadwalkan tahun 2025, ternyata dimajukan, bukan di 2024, tetapi di 2023.
Dalam sebulan dua bulan, akan ada peraturan lockdown, WFH (kerja dari rumah), dan aturan pakai masker.
Pertama agar masyarakat tidak protes, maka alasannya adalah polusi udara.
Chemtrails (jejak pesawat) terus ditaburkan, DEW (senjata energi) dengan hasil kebakaran hutan dan gedung-gedung, langit dibuat jadi forecast, seakan-akan menghitam karena jelaga batubara atau BBM (bahan bakar minyak).
Masyarakat Tak Boleh Percaya Begitu Saja
Cuitan Dokter Tifa soal Pandemi 2.0 dan lockdown di bulan ini sontak ramai jadi perbincangan dan mendapat tanggapan dari Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi.
Menurut Adib, masyarakat tak boleh percaya begitu saja pada informasi-informasi yang belum jelas pembuktian ilmiahnya.
"Saya kira dasar di dalam kita menyikapi terhadap problema kesehatan itu tentunya dasar yang berdasarkan evidence based. Kita tidak melihat satu dasar dalam konteks umpamanya informasi yang belum ada dasar-dasar ilmiah," ujar Adib di Kantor PB IDI Jakarta pada Kamis 7 September 2023.
Cari Informasi dari Sumber Terpercaya
Adib pun mengimbau masyarakat untuk mencari informasi dari sumber yang terpercaya.
Jangan langsung percaya terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya, termasuk lockdown September 2023 akibat Pandemi 2.0.
"Kami ingin mengimbau kepada masyarakat untuk mencari referensi terkait problematika kesehatan dari referensi utama. Artinya, kami dari Ikatan Dokter Indonesia atau himpunan dokter spesialis," pesan Adib.
Advertisement